Penyebab terjadinya bulimia nervosa biasanya jarang disadari. Terkadang seseorang baru sadar telah mengalami masalah ini ketika datang ke psikolog atau psikiater untuk melakukan konsultasi.
Padahal masalah Bulimia Nervosa bisa diatasi asalkan seseorang mengetahui sejak dini apa saja faktor yang bisa menjadi penyebab masalah ini. Terlebih lagi faktor-faktor tersebut merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Penyebab Terjadinya Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa adalah gangguan psikologis yang membuat seseorang cenderung makan berlebihan lalu berusaha keras untuk menghindari kenaikan berat badan dengan cara yang tidak normal.
Cara yang biasa dilakukan biasanya seperti memuntahkan apa yang sudah dikonsumsi hingga mengonsumsi beberapa jenis pil. Penyebab terjadinya bulimia nervosa sendiri antara lain:
1. Faktor Genetik dan Biologis
Bulimia nervosa memiliki komponen genetik yang kuat, yang berarti ada kecenderungan untuk gangguan ini dapat diturunkan dalam keluarga.
Saat mengulas penyebab terjadinya bulimia nervosa, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan saudara kandung atau orang tua yang menderita gangguan makan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan bulimia nervosa.
Meskipun gen spesifik yang terlibat belum sepenuhnya dipahami, studi kembar identik menunjukkan bahwa kemungkinan untuk mengalami gangguan makan seperti bulimia lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan kembar non-identik.
Selain itu, ada komponen biologis yang terlibat dalam bulimia nervosa. Perubahan dalam neurotransmitter seperti serotonin, yang berperan dalam pengaturan suasana hati dan perilaku makan, telah dikaitkan dengan gangguan makan.
Ketidakseimbangan neurotransmitter ini dapat mempengaruhi kontrol impuls dan persepsi tubuh, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perkembangan bulimia nervosa.
2. Faktor Psikologis
Aspek psikologis memainkan peran penting sebagai penyebab terjadinya bulimia nervosa. Individu dengan rendahnya harga diri, perfeksionisme yang tinggi, atau ketidakpuasan terhadap penampilan tubuh cenderung berisiko lebih tinggi untuk mengalami hal ini.
Perfeksionisme mendorong individu untuk menetapkan standar yang tidak realistis terhadap tubuh mereka dan makanan yang mereka konsumsi.
Ketidakpuasan terhadap penampilan tubuh juga dapat memicu perilaku makan yang tidak sehat, seperti siklus diet yang ekstrem atau perilaku makan kompulsif.
Selain itu, individu dengan kesulitan dalam mengelola emosi dan stres cenderung menggunakan makanan sebagai mekanisme koping. Bulimia nervosa sering kali terjadi sebagai cara untuk mengatasi atau menghindari emosi yang menyakitkan atau stresor psikologis.
Muntah atau penggunaan metode lain untuk mengontrol berat badan setelah makan berlebihan dapat menjadi cara untuk meredakan ketegangan emosional atau rasa bersalah yang mungkin muncul.
3. Faktor Sosial dan Budaya
Tekanan dari lingkungan sosial dan budaya dapat berperan penting sebagai penyebab terjadinya bulimia nervosa. Budaya kita sering menekankan nilai pada memiliki tubuh yang “ideal” atau “ramping”, yang sering kali tidak realistis atau sulit untuk dicapai secara sehat.
Media massa, termasuk iklan, film, dan majalah, sering kali memperkuat citra tubuh yang sempurna dan mendorong individu untuk mengejar standar kecantikan yang tidak realistis.
Hal ini dapat menciptakan tekanan yang besar untuk mengendalikan berat badan dan bentuk tubuh, bahkan jika itu berarti mengadopsi perilaku makan yang tidak sehat.
Selain itu, tekanan dari lingkungan sosial seperti teman sebaya, keluarga, atau bahkan lingkungan kerja dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap tubuh mereka dan pola makan mereka.
Perasaan terjebak atau tertekan oleh norma sosial yang menghargai kelebihan atau kekurangan berat badan dapat menyebabkan individu merasa perlu untuk mengontrol makan mereka, yang pada gilirannya dapat memicu bulimia nervosa.
4. Riwayat Trauma atau Pengalaman Negatif
Pengalaman traumatis atau negatif seperti pelecehan seksual, pelecehan fisik, atau peristiwa emosional yang mengganggu dapat menjadi penyebab terjadinya bulimia nervosa.
Trauma masa kecil atau kejadian traumatis di masa dewasa dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan makanan dan tubuh mereka.
Bulimia nervosa kadang-kadang digunakan sebagai mekanisme koping untuk mengatasi atau menghindari memori atau emosi yang terkait dengan pengalaman traumatis.
Selain itu, individu yang mengalami trauma sering kali mengalami perasaan rendah diri, kecemasan, atau depresi, yang juga merupakan faktor risiko untuk gangguan makan.
Perilaku makan yang tidak sehat seperti bulimia nervosa dapat menjadi cara untuk meredakan gejala psikologis yang terkait dengan trauma atau pengalaman negatif.
5. Faktor Lingkungan dan Kehidupan
Faktor lingkungan memainkan peran penting sebagai penyebab terjadinya bulimia nervosa. Lingkungan sosial di sekitar individu, seperti teman sebaya, keluarga, atau budaya di tempat tinggalnya, dapat memberikan tekanan untuk memiliki tubuh yang sesuai dengan standar.
Misalnya, jika seseorang berada di lingkungan di mana diet yang ekstrem atau berbicara tentang berat badan adalah hal yang umum, ini dapat meningkatkan risiko untuk mengembangkan pola makan yang tidak sehat.
6. Peran Faktor Genetik
Meskipun faktor genetik tidak menjadi satu-satunya penyebab terjadinya bulimia nervosa, ada bukti bahwa faktor-faktor genetik dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap gangguan makan.
Penelitian pada kerabat dekat dari individu yang menderita bulimia nervosa telah menunjukkan peningkatan risiko genetik untuk mengalami gangguan makan tersebut.
Penting untuk selalu memastikan kalau aspek kesehatan adalah prioritas utama. Prinsip ini bisa menjadi pelindung yang menjauhkan Anda dari penyebab terjadinya bulimia nervosa.